Sebuah ketidak sengajaan saat siang tadi aku bertemu dengan pak syarif, yang sekarang beliau menjadi seorang guru sd, kepernikahan temanku yeni , aku dan dia yang baisanya tidak banyak bicara tetapi saat ini kami menjadi akrab, entah mungkin karena persamaan organisasi atau persamaan nasib, untuk yang terakhir ini aku lebih menganggap memang itu alasannya, aku dan pak syarif yang biasa aku sebut mas syarif ini mempunyai pengalaman yang sama, tentang sesuatu penyakit yang baiasa melanda anak remaja atau yang menjaelang dewasa.
Dia lulus 4 tahun lebih awal dari aku di UNS solo, kami memamg satu organisasi namun berbeda angkatan, mas syarif adalah senior yang begitu aku hormati karena kehebatannya memegang banyak amanah diberbagai organisasi mahasiswa, disaat itulah dia mengaku berbuat sebuah kesalahan besar, bahkan mungkin terbesar diseumur hidupnya, tentu saja ini semua adalah tentang kisah cinta, cinta yang bersemi namun dipendam ditahan dan tak bisa diungkapkan karena semua orang tahu sebagai manusia beriman kami tidak boleh berlaku sama dengan orang kafir yang berlaku bebas mengumbar rasa cintanya pada perempuan-perempuan yang mereka sukai.
Mas syarif, saat memboncengkanku pulang kami bertemu dengan rafik, rafik adalah temanku juga temannya mas syarif, bisa dikatakan kami bertiga adalah teman yang lebih dari saudara, sehati, seperjuangan dan sering mengarungi senang dan susah bersama, saat aku sakit mas rafik lah yang mengantarkanku ke dokter, dengan motornya lalu dia pula yang membayarkan uang berobatnya. Namun ada satu ganjalan kecil yang akhirnya sedikit membuat aku dan mas rafik menjadi tidak seakrab dulu, pertama adalah teman kos mas rafik tidak kusukai dan mereka pun tidak menyukaiku , karena menurut mereka aku terlalu mengganggu kehidupan pribadi mereka, hubungan mereka mas rafik. Sampai akhirnya mereka berkomplot untuk menyingkirkanku dengan cara menyakitkan dan kotor yang membuatku harus pindah dari dekat mas rafik, isu perempuan itulah yang mereka para orang-orang sial itu untuk mengadu domba aku dengan mas rafik, namun karena kami berdua adalah kader yang tercetak dari organisasi yang besar dan ulet di UNS kami mempunyai hati yang tetap dingin walau otak kami mendidih.
Mas rafik seperti biasa ketika kita semua bertemu kawan lama, dia berhenti dan aku dan mas syarif pun berhenti, kami bertiga larut dalam ramah tamah dipinggir jalan, sampai akhirnya kami bertiga bersepakat untuk berhenti saj disebuah kedai. Saat tiba dikedai memesan minuman dan makanan, kami kembali penuh keakraban bersama bersendau gurau, lepas seperti busur panah yang baru saja lepas, melesat sekencang angin menerjang apapun tanpa peduli apa yang disekitarnya, namun setelah beberapa menit kami bertiga bercengkerama penuh rasa akrab tiba-tiba
“we will not go down..in the night without the fight……” ternyata suara nada dering HP mas syarif, wah lagunya song for gaza Michael Hart begitu pikirku dalam hati, makin kagum pula aku dengan mas syarif
“maaf ya keluar dulu….” dia sambil agak memepercepat langkah keluar kedai seperti mencari tempat aman
“wah pasti telephon dari akhwat ini” hahaha…begitu celutuk mas rafik, lalu aku berdua tertawa bareng. Begitulah jika para ikhwan bertemu
Saat mas syarif keluar itulah aku dan mas rafik berkesempatan untuk berbicara empat mata dan kembali mengakrabkan jalinan persahabatan yang sempat terenggang karena komplotan busuk, namun tak disangka mas rafik membuka bicara terlebih dahulu
“piye kau sof…yuh-yuh suwe gak ketemu tambah sugih ae koen”
“ah sampeyan iku iso ae, lha kau saiki wis kadi pegawai Telkom nuk!” aku ganti menyerang
“lah sof-sof aku iku disana Cuma pekerja magang kontrak!
“kontrak-kontrak o tapi kan digaji…BUMN mestine 800rb minimal!”
“ah kau…500 aj gk genap, 450rb”
“nah itu kan bisa untuk melamar mbak ary!!! Yo to!! Ah sampeyan iku kurang syukur…hahah”
Lalu perbincangan berlanjut pada cerita lama tentang sesuatu yang awam disebut orang sebagai cinta segitiga, cinta segitiga yang rumit dan membingungkan, serta menyebalkan, bagaimana tidak karena aku harus mengingat gadis cantik yang pernah menjadi sekretarisku di organisasi yang sama juga dengan mas rafik berada selama kami bertiga jadi mahasiswa, tepatnya kami bertiga dalam organisasi yang sama, bergerak bersama dan memecahkan masalah bersama serta bertukar pemikiran bersama, lama-lama cinta itu tumbuh dalam diriku kepada gadis yang bernama lengkap ariyana azizah itu, mas rafik awalnya tidak terlalu merespon aura yang ada pada diri ariyana, namun akulah yang paling awal tanggap, lalu beberapa hari kemudian dalam rapat pengurus luar biasa aku ditunjuk menjadi ketua organisasi yang kami ikuti karena ketua yang lama dianggap melanggar konstitusi organisasi, sebab ketua yang dulu berpacaran dengan anggotanya sendiri.
Pengangkatanku berlangsung lama penuh debat dan interupsi, aku sendiri malah ikut-ikutan membela para pencela bahwa aku tidak pantas memimpin atau belum pantas karena usiaku masih sangat muda jika disbanding para anggota lainnya, akhirnya mas rafik maju menjadi calon, namunsuara di konvensi terbelah, ada beberapa anggota seangkatn dengan ku mogok jika aku tidak dicalonkan, mereka para pendukungku itu beralasan bahwa aku harus menjadi calon alternative untuk bersaing agar tidak ada calon tunggal dan demokrasi benar-benar terwujud sesuai konstitusi organisasi kami, akupun duel dalam pemilihan dengan segala keluguan karena aku baru anggota angkatan baru pidatoku dan debatku ternyata memikat sebagian senior terutama akhwat. Betapa tidak ternyata aku lebih banyak hapal tentang doktrin-doktrin keadilan dan kerakyatan daripada mas rafik, maka semua diputuskanlah dalam pemungutan oleh anggota dewan pemilih karena secara musyawarah kami tidak dapat dipilih sebab antara aku dan mas rafik sama-sama mempunyai pendukung fanatic, namun pada akhirnya saat yang mendebarkan berlalu dengan terpilihnya aku menjadi ketua dewan pergerakan mahasiswa kampus UNS, hanya berselisih 3 suara, dan ternyata dewan pemilih yang keseluruhan beranggotakan 11 orang 7 akhwat senior, dan 4 ikhwan senior itu, memilihku dengan mutlak adalah ketujuh akhwat senior tersebut, dengan begitu aku menjadi ketua dan memimpin dengan tiang utama adalah para akhwat karena setelah itu mas rafik pun semakin malas didalam oraganisasi bersama para anggotaku yang ikhwan, membuatku selalu terpaksa banyak dan bahkan hanya berinteraksi dengan akhwat, saat itulah kedekatanku dnegan mbak ariyana ter jalin semakin erat apalagi dia adalah sekretaris umumku.
Pendek kisah aku menyukai dengan teramat dalam kepada mbak ariyana yang memang cantik, dengan pribadi yang juga amat menarik, aku sendiri tak tahu kenapa aku menjaddi sering tak tahan jika sehari saja tidak berkirim kabar dan saling menyapa dengan mbak ary. Setan akhirnya menggoda dengan hal tersebut, apalagi ibadahku menjadi semakin tidak konsisten sering tertunda karena rasa linglung membayangkan sang gadis cantik, tapi pada akhirnya gelagat ku yang aneh dan tidak seperti biasa menyulut perhatian mas rafik yang memang walau sudah tak terlalu aktif dalam organisasi tapi dia sudah seperti kakakku dia tidak aktif bukan karena aku tapi karena dia sekarang sudah bekerja sambilan.
“eh…kamu ini koq tak perhatikan beberapa hari ini seperti orang yang makin aneh?!, ada apa?”
“ah gak biasa koq, kau aja mas yang terlalu sibuk kerja, jarang ketemu aku jadi seperti melihatku beda”
“alah ngaku sajalah!...hal yang kulihat padamu ini hanya terjadi biasanya pada anak muda yang gie jatuh cinta, hayo coba beritahu padaku siapa yang sedang kau sukai!!”
“ahh gak ada koq, jangan mengada-ada lah mas…aku jadi malu nich”
Tiba –tiba dengan cepat takkusadari HPq sudah berada ditangan mas rafik saat aku tinggal sebentar ijin ke dalam kamar, memang aku suka ceroboh meletakkan barang-barang disamping tempatku duduk, dia telah membaca sebagian besar sms ku padahal belum lima menit aku terlena, saat kusadari dia menyadari
“siapa to sebenarnya ary itu? Jadi penasaran aku !!”
“ ah kau curang!!!!, “ aku jadi setengah marah tapi akhirnya aku menjadi lunak dan mengaku semua lalau seperti air bah yang menjaebol dinding tanggul aku curhat semua tentang rasa cintaku kepada sekretarisku sendiri dan mas rafik hanya banyak terbahak-bahak saja. Diakhir cerita mas rafik bilang
“sini nomornya tak cobane apakah dia perempuan yang benar-benar baik dan cocok jadi istrimu…hahah” dia tertawa karena telah menguak rasa cintaku terdalam yang selama ini tersimpan rapat, aku pun seperti tawanan yang telah kalah perang
“nich…..tapi inget kau jangan bilang aku dan menyangkut-nyangkut namaku “ aku sodorkan HPq yang bertuliskan nomornya ary pada mas rafik.
Dan semuanya berlanjut dengan terjeratnya mas rafik pada rasa suka sebagaimana aku suka pada gadis itu, tapi rafik lebih lelauasa mendapat perhatian dan curahan hati dari ary karena statusnya yang lebih tua dan senior dalam organisasi.
Aku Jadi berpikir apakah setiap anak gadis cenderung suka pada laki-laki yang lebih tua darinya dengan alasan lebih mampu diajak bicara, lebih dewasa dan lebih bisa memahami dan mengayomi..”hah Bull Sit, Omong kosong !“ pikirku kesal. “Orang perempuan menyebalkan mereka begitu cepat melupakan perhatian dan kebaikan orang” kali ini setan dalam pikiranku giliran berbisik dengan pikiran itu, “Masya Allah” pikirku “Tuhan ampunilah aku”, rasa-rasa seperti it uterus berlanjut sampai aku akhirnya skripsi dan pikiranku jauh lebih tenang atas kesibukanku dibanyak organisasi massa dan kepemudaan. Begitulah kenanganku dengan mas rafik yang akhirnya tidak berlanjut lebih dalam karena mas syarif sudah datang dan dia bilang untuk segera mohon ijin karena ada keperluan mendadak dirumah, ternyata tadi dia ditelp oleh seorang gadis putri kepala sekolah tempat dia bekerja. Akupun segera meluncur pulang dengan mas syarif karena satu jalur, sedangkan mas rafik karena rumahnya adalah kota reog maka dia berlawanan dengan ku dan mas syarif.
Sore semakin dingin, sedangkan mas syarif malah semakin kencang memacu sepeda motornya, karena mendung memang terlihat turun semakin pekat dan tentu saja siapapun akhirnya berasumsi bahwa hujan akan segera turun, namun saat seperempat perjalanan, mas syarif tiba-tiba mulai bicara dan membuka percakapan dengan kalimat menggelitik
“gimana pak dirimu sudah punya calon, mungkin segera menyusul mbak yeni”
“ah ….wong sampeyan saja belom, masak yang junior mendahului” kujawab pula dengan nada penuh kejenakaan
“hahaha….ya gak papa lah sampeyan yang duluan, gak usah liat senior atau junior, lha kalau memang sudah ada kenapa ditunda-tunda, jangan ditunda pak eman-eman” diluar dugaanku balasan dari mas syarif menjadi serius , lalu aku diam sebentar berpikir untuk kembali menjawab jawaban yang sepertinya makin menjurus kepada keseriusan, dan dari pernyataan itu aku jelas menangkap sebuah kalimat penuh kedalaman rasa, mungkin tentang suatu pengalaman atau peristiwa kehidupan yang pernah beliau alami atau saksikan.
“saya dulu ketika kuliah keinginan untuk menikah itu sangat besar tetapi itu luntur seiring dengan zaman, saat saya sudah lulus…..” ada jeda lumayan panjang dalam kalimat mas syarif untuk aku menyelakan ketertarikanku pada percakapan tentang nikah itu.
“oh …saya juga lho pak bahkan lebih, saya pernah nekat meminta persetujuan bapak, tapi …..tidak setuju” aku mulai teringat apa yang menjadi salah satu tragedi dalam hidupku, bahwa pernikahan anak yang kuliah itu sepenuhnya hak orang tua untuk memutuskannya.
“saya punya cerita pak…..dulu saya waktu di organisasi yang sekarang sampeyan pimpin itu saya juga terlibat rasa suka seperti itu”
“seperti itu bagaimana mas?”
“ yah…semacam cinta yang kalah cepat semacam itu”
Tertawa pun tak bisa dihindarkan antara aku dan beliau, tawa kesedihan yang dijadikan kebahagiaan, dia bercerita bahwa suatu saat pernah mengalami kasus kalah cepat menyunting sang idaman, padahal sang perempuan idaman itu pun begitu mencintai nya dan mereka saling berharap bisa menikah, tapi hanya karena kurang cepat saja, semua menjadi tangisan hati yang begitu pilu, terutama sang perempuan .
Mas syarif, dulu adalah mantan ketua periode awal organisasi yang sekarang kupimpin ini, dia bisa dikatakan perintis, dimanapun dalam sebuah organisasi memang sering didengar desas-desus hubungan tidak professional atau istilahnya cinta lokasi atau lebih kerennya CBSK (Cinta Bersemi Saat Aksi), memang dalam sebuah organisasi mahasiswa yang sering merencanakan demonstrasi dan kegiatan social, tentunya sering bertatap muka atau bertemu pandang tidak bisa dihindarkan , secara sengaja maupun tidak, saat itulah dimana seorang pemimpin organisasi yang hebat seperti Mas Syarif, muda , enerjik, dan berdedikasi tentu membuat semua anggota nya segan dan menghormatinya, terlebih para akhwat-akhwatnya, sepertinya sang ketua pun juga sudah menjatuh kan perhatiannya pada salah seorang diantaranya, begitu garis besar yang dapat kuambil dari cerita pilu penuh perjuangan dari Mas Syarif.
Saat lulus tiba ternyata mas Syarif dan si akhwat idaman ini ternyata tidak juga lepas dari perasaan cinta, meski terpendam begitu lama karena masing-masing berganti nomor dan telat konfirmasi, namun suatu hari Tuhan berkenan mempertumukan mereka lagi, dan timbullah kembali perasaan lama yang semakin membuncah atau mungkin istilah kerennya CLBK (Cinta Lama Bersemi Kembali), mulailah mereka dekat kembali, saling SMS, saling telp meski intensitasnya tentu saja jarang, mengingat beliau berdua adalah aktivis kelas atas yang sudah kenyang pendidikan organisasi dan rohani, tentu nuansa JAIM senantiasa harus dijaga, dan ternyata itulah yang menjadi awal mimpi buruk si gadis yang sekarang harus rela menikah dengan pria idaman orang tuanya itu, bukan semata-mata idaman hatinya.
Didalam organisasi yang dimasuki mas Syarif dan si akhwat idaman itu, sekarang ini, memang sebuah organisasi yang hamper sangat eksklusif, dimana urusan perjodohan menjadi sangat penting bagi kelangsungan hidup Organisasi itu, sehingga harus mendapat aturan dari organisasasi, tapi walaupun begitu ketatnya aturan meraka tetap saja melanggar, bahkan para petinggi oarganisasi nya sendiri, pendek cerita mas sarif akhirna patah hati karena dia telat ngomong kepada si akhwat yang ternyata juga memndam ras kepadamas sarif, tapi mas sarif telat sehari ngomongnya, dia keduluan teman seangkatnnya, sungguh tragedy, saat si akhwat hendak dipinang leawt telpon, jawabannya adalah tangisan si perempuan kepada mas sarif yang hancur lebur tentunya, masya Allah